Langsung ke konten utama

Pernah Baca dan Aku Suka

Kita punya arah yang berbeda. Seperti aku ingin mengajakmu ke pantai, menikmati deburan ombak menerpa kaki. Tapi, kau justru memilih ke tengah kota, berbaur dengan keramaian, menikmati malam di pinggir jalan. Kau menyodorkan pilihan sepiring soto dan segelas es kelapa muda. Padahal kita sebenarnya sama-sama ingin menikmati hari.

Aku belajar, jika dua insan manusia bisa bersatu bukan karena hanya persamaan; perbedaan juga menjadi awal. Ketika dua pemikiran yang tadinya berpisah jalan ditantang untuk menemukan muara yang sama.

Kamu juga mengatakan hal yang sama. Kamu tidak datang dari sampan yang sama denganku, dari samudra yang sama denganku, tapi sama-sama menuju daratan yang satu. Kita mengamininya.

Sampai suatu waktu, ternyata salah satu di antara kita, tak lagi kuat mengarungi samudra. Salah satu di antara kita harus mengalah dan pergi. Entah kamu atau aku, tapi salah satu di antara kita menyerah. Kita saling menuduh. Perdebatan tiada henti dari malam hingga subuh.

Hal-hal yang dulu diamini bersama, kini rantas sudah. Perjalanan kita selesai. Salah satu dari kita tidak akan mencapai daratan yang dituju awalnya. Tersesat di lautan perasaan yang tiada ujungnya. 
Perasaanmu bermuara ke suatu tempat entah di mana berada.

Tidak ada lagi kata “Kita”. Tidak ada lagi momen-momen yang dilewati bersama. Hanya aku dan kesendirianku, dan kamu dengan kekeluanmu. Kita sepakat untuk tidak menujukan muara itu lagi. Dan aku hanya bisa mengikhlaskanmu dari sudut kerinduanku saja.


Aku mengucapkan selamat tinggal terlebih dulu. Maaf, aku tidak akan menghapus memori tentangmu. Tidak pula akan mencarimu. Kamu sudah tahu, daratan mana yang kutuju. Jika kau mau kembali, silakan datang bertamu ke rumahku di daratan itu.

Komentar

  1. sajak yang sangat bagus.
    seberapa besar seseorang berusaha melupakan masalalu? berhasilkah?
    i think not. same like me.
    tulisan yang bagus. still bloger

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku minta waktumu, sebentar

Kita selesaikan, ya? Kamu tahu, aku pernah ingin maju dengan segala konsekuensinya. Mendengar ceritamu lebih panjang, menciptakan kenangan lebih banyak, serta merangkulmu ketika lelah. Aku pernah takut, menyelesaikan asa yang belum pernah dimulai awalnya. Tapi, mau bagaimana juga, aku tidak akan bisa memaksamu lebih jauh. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menang, dari orangtua mu. Aku rasa, bukan aku juga, yang benar-benar ingin kamu jadikan tujuan. Aku minta maaf ya, untuk cerita yang pada akhirnya malah membebani perjalananmu. Selamat membuka cerita baru atau mungkin melanjutkan cerita baru mu. Kamu berhak memilih jalanmu sendiri, begitu juga dengan aku. Terima kasih, untuk segala daya upaya serta perhatiannya..

God is good all the time .

Mungkin ini tulisan terakhirku tentangmu. Terimakasih, terimakasih atas pilihanmu, terimakasih atas keputusanmu, terimakasih. Aku percaya, tidak ada cobaan ataupun kejadian tanpa sebuh makna. Terimakasih telah memilih pilihan yang tepat untuk aku, kamu, dan kita. Keputusanmu yang aku tangkap sebagai usahamu agar aku tidak semakin terluka, dan mungkin untukmu juga. Abaikan rasa sakitnya sebuah kehilangan, aku rasa tidak ada yang bisa mengambarakan selain sebuah air mata dan mungkin kata-kata yang kadang terjerit tak tertahankankan. Meninggalkan , melepaskan apa yang kita kasihi sepenuh hati. Dari situ kita belajar, bahwa apa yang kita impikan tak selamanya selalu akan ada dalam genggaman, semua hanyalah titipan. Dan hanya bisa mengikhlaskan dalam sudut kerinduan. Jangan khawatir, aku tak lagi menangis karena kelakuanmu, aku tak lagi menangis karena kecemburuanku, dan aku tak lagi menangis akan kekhawatiranku akan kehilanganmu. Tapi aku masih menangis karena kerindua...